Daun. Rara dan bunda cukup akrab
dengan ciptaan Allah yang satu ini. Bukan karena kami ulat yang gemar
nyemil dedaunan lho, tapi karena
disekitar rumah kami masih bernuansa ijo royo-royo (bisa dibaca: ndeso).
Saking banyaknya daun yang berinteraksi dengan
kami, bunda jadi lupa mengajarkan Rara untuk menyayangi sang daun. Lebih
tepatnya membedakan mana daun yang boleh dipetik dan mana yang tidak. Yang Rara
lihat daun dipetik untuk makanan ternak, daun dipetik untuk dimasak, atau daun
dipetik untuk bungkus-bungkus. Rara terlalu bebas memperlakukan mereka. Hobinya
petik daun dan bunga rambat untuk hadiah Sofia (nama anak kambing dirumah).
Sampai suatu ketika Rara pergi
bersama bunda ke rumah Kak Zahro (anak dari amah Miftah, teman bunda di
Salimah). Disana kebanyakan tanaman tumbuh didalam pot, yang artinya tanaman
tersebut bisa dikatakan tanaman hias. Rara dengan santainya memetik satu
persatu daun yang tumbuh dengan subur dan penuh kasih sayang itu. Gimana enggak,
daunnya kinclong-kinclong mungkin karena yang punya rajin ngelapin satu-satu
setiap hari (who knows?) Dan tiba-tiba kak Zahro pun protes bertanya kesemua
orang sambil membawa beberapa lembar daun kuping gajahnya, “siapa ini yang
motesin daun-daunku?” (oh nooo....that’s my sweet heart do). Jadilah kami minta
maaf dan dapat satu pelajaran menarik dihari itu.
Mari kita merenung sejenak.
Dari daun manusia bisa mendapat
banyak hal. Daun begitu menginspirasi. There’s so much lesson to learn from the
leaf.
Daun, saat ia masih berada diatas pohon menempel pada tangkainya, kerjanya adalah memberi. Diserapnya energi matahari untuk ia olah menjadi sumber tenaga dan ia alirkan keseluruh tubuh sang pohon. Saat tiba waktunya ia terlepas dari tangkai, daun tak pernah protes terhadap Tuhan. Ia jalani setiap takdirnya dengan tetap tenang, ia berayun dibawa angin. Bertemu dengan daun lain, bertemu dengan rerumputan, dengan kupu-kupu, dengan ternak , begitu menikmatinya. Bahkan begitu menikmatinya sampai seakan ia telah diberitahu oleh Tuhan bahwa dalam kejatuhannya ia tetap dapat memberi. Benar saja. Ketika daun mencapai tanah, daun berubah menjadi humus. Sumber kehidupan baru. Daun tetap memberi. Tetap bermanfaat.
“… dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)....” (al-An’aam: 59)
HATIKU SELEMBAR DAUN
Oleh: Sapardi Djoko Damono
hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku terbaring disini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
HATIKU SELEMBAR DAUN
Oleh: Sapardi Djoko Damono
hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku terbaring disini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
0 comments on "Belajar Dari Selembar Daun"
Post a Comment