Pengalaman Rara bermain tanah
salah satunya adalah kemarin saat kami mengajaknya ke Taman Pintar (baca: salah
satu wisata edukasi yang berada dikota Jogja. Berdekatan dengan titik Nol
kilometer, disamping “shopping” Beringharjo-tempat belanja buku murah dan berkualitas
ala Kwitang -juga dekat dengan pasar yang tentu saja ada pecel dawet dan kawan
kawannya. Surga buat bunda).
Membayar Rp 5.000,00 Rara sudah
mendapatkan satu bongkah tanah liat yang siap dibentuk menjadi apa yang
dikehendakinya. Rara mulai mencubit, menggulung, menggeprek,
wuallaaa...jadilah! Maksud saya jadilah ia bosan karena sudah putar-putar
disana sejak 3 jam yang lalu. Hehe.
Akhirnya saya mengajak Rara untuk membuat projek bersama (work with parent). WWP kami kali ini
adalah membuat gerabah berbentuk sapi, alasannya karena disamping gubug kami
bermain terdapat patung sapi. Hehe (ide yang sangat kepepet-seadanya). Bunda
mulai membentuk muka sapi, badan dan totol-totol ciri khas sapi FH (Fries Holland). Rara menempelkan kaki
dan buntutnya. Selesai membuat si sapi gepeng
ternyata tanah liatnya masih bersisa, bunda melanjutkan doodling yang bunda
suka, pattern kriwel-kriwel atau ungkel-ungkel. Masih bersisa jugaaaa....dan itulah
jatah ayah, dibuatkan Rara sebuah perahu ala ayah. Tanah pun habis. Mission accomplished. Horee...!
Asyiknya bermain tanah. Sampai lupa sudah siang dan perut mulai lapar. Pulang lah kami kerumah eyang yang jaraknya tak jauh dari pusat kota Jogja.
Tapi perjalanan si tanah tentu
saja belum berakhir sampai disana. Tanah yang merupakan batuan yang melapuk,
harus rela dijemur atau bahkan dibakar agar bisa disebut sebagai gerabah, karya
seni.
Bahkan agar lebih bagus tanah
harus siap dilapis cat atau bahan coating
lain yang (menurut sang pekerja seni) akan membuat ia nampak sempurna.
Sama halnya dengan manusia
seperti kita. Hamba Allah. Menempa diri adalah sebuah keniscayaan agar ujungnya
mendapat kebahagiaan. Keras terhadap diri, tidak manja, bersabar dalam setiap prosesnya,
adalah sikap yang wajib ada dalam menuntut ilmu (kehidupan). Easy come easy go. Jangan yaa! Semoga kelak
Rara mengerti. Tak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang tenang.
0 comments on "Belajar Dari Sebongkah Tanah"
Post a Comment